.quickedit{ display:none; }

Senin, 28 Mei 2018

BIRTHDAY TRIP [PART I: BINGUNG MAU KE MANA]


Entah sejak kapan tahun, saya selalu kepengen melewatkan hari ulang tahun saya di tempat yang berbeda dari tahun sebelumnya. Kalau bisa sih di tempat yang belum pernah dikunjungi, hitung-hitung sebagai hadiah untuk diri sendiri sekalian berpetualang.

Source: https://www.responsibletravel.com/holiday/4095/bangkok-to-ho-chi-minh-city
Jadilah tahun 2018 ini saya kembali merencanakan birthday escape untuk bulan Maret (karena tanggal lahir saya 21 Maret). Lalu destinasi mana yang saya pilih? Awalnya sih saya terpikir untuk melakukan overland trip dari Ho Chi Minh City, Vietnam terus masuk ke Cambodia sambil singgah di Phnom Penh dan Siem Reap, lalu melintasi border Thailand dan berakhir di Bangkok. Saya ingin ke Vietnam simply karena saya kangen banget dengan Pho dan kopi Vietnam. Jadi selama di Vietnam niat saya memang cuma buat culinary hunting. Kamboja karena saya belum pernah ke sana sekaligus penasaran sama Angkor Wat-nya. Kalau Bangkok, no caption needed, it’s always good lah. Tapi setelah dipikir-pikir, ngapain juga ya saya ke negara-negara yang kebanyakan sudah pernah saya kunjungi ini. Lagian ini birthday trip, saya lagi nggak mau repot dan capek dengan naik turun bus/kereta ngelintasin border untuk berpindah kota atau negara. Terus entah kenapa saya tiba-tiba jadi nggak minat ke candi-candian. Belum apa-apa saya udah ngebayangin bakal panas-panasan di Angkor Wat kayak di Borobudur dan Prambanan, males deh. Alhasil opsi rute kali ini dicoret.

Rizal Park, Manila
Lalu terlintaslah di benak ini negara Filipina. Well, tidak ada yang benar-benar membuat saya ngebet banget ke sana sebenarnya. Filipina belum menjadi destinasi wisata populer untuk orang Indonesia meskipun saya yakin di sana sebenarnya banyak objek wisata menarik. Just like its motto “It’s more fun in the Philippines”. Iye ke? Syukurnya Air Asia Philippines baru-baru ini membuka rute Manila-Jakarta dan saat itu masih dalam masa promo. Ya udah deh, saya ke Filipina aja kalau gitu dah. Tapi again, saya tetap nggak mau repot untuk jalan-jalan kali ini. Jadi saya putuskan hanya akan berpusing-pusing ria di seputaran Manila. Dan satu lagi, berhubung lagi ultah, saya masukkan satu destinasi yang must visit kalau lagi di Filipina buat bermanja-manja karena emang lagi pengen dimanja kayak lagunya Siti Badriah. Apalagi kalau bukan pantainya yang ciamik? Tapi pantai yang mana satu ya? Awalnya Cebu yang masuk bursa taruhan. Tapi setelah diriset, kok ya pantainya yang bagus itu lumayan jauh di Moalboal atau Oslob gitu ya? Berarti saya mesti jalan cukup jauh dong dari pusat kota Cebu. Ogah deh. Next ada El Nido di pulau Palawan. Tapiii....nggak tau kenapa males aja. Next! Ya udahlah kalau gitu, daripada nanggung dan gaje melulu saya putuskan ke pantai paling nge-hitz aja lah se-Pilipin, Boracay! Etapi ternyata bandaranya terletak cukup jauh di Kalibo, sekitar 2 jam dari pulau mini Boracay. Terus pake nyebrang perahu getek untuk sampai ke pulaunya itu. Owalah... susah bener mau ke pantai aja. Tapi tetap yes pengunjung ke Boracay itu rami bingits. Bikin penasaran memang. Alhamdulillah wasyukurilah, ternyata dari bandara Kalibo kita bisa booking transferan ke Boracay dari banyak travel agen yang tersedia. All include! Sudah termasuk bus, perahu, dan bajaj sampai ke hotel. Jadi tinggal duduk manis dah. Enak kan? Fix ke Boracay.                    

City Hall, Ho Chi Minh City
However, kalau cuma ke Philippines doang kok ya rugi rasanya. Sudah kepalang tanggung, jalan-jalan kali ini kayaknya mesti dibelokkan ke (setidaknya) satu negara lain sebelum balik ke Indonesia. Tadinya mau singgah di Brunei, biar sekalian dah ceritanya ngunjungi negara yang juga belum pernah saya jejaki ini. Tapi setelah dipikir-pikir, kayaknya saya bakal mati gaya di Brunei secara ini negara kecil, penduduk sedikit, nggak banyak spot menarik. Paling-paling yang pengen banget saya lihat ya masjid kubah emas itu doang, tentunya setelah sungkeman sama Sultan di istana. Lol. Belum lagi jadual penerbangan yang kurang cocok dan nggak murah. Coret dah Brunei. Lain kali aja karena saya tetap pengen ke Brunei suatu saat nanti. Finally, aroma kopi dan Pho Vietnam tetap yang paling kuat menggoda saya. Kan seru tuh jalan-jalan kali ini ditutup dengan kulineran sambil ngopi-ngopi cantik di cafe-cafe yang fancy di Ho Chi Minh City. Me time bangetlah pokoknya. Yo wes, HCMC in!

Anyway, jalan-jalan kali ini bukan layaknya jalan-jalan “hemat tapi padat” seperti yang biasa saya lakukan. Saya nggak nunggu dapet tiket murah baru berangkat, nggak ngirit banget saat makan, cari penginapan yang agak enakan, dan nggak jor-joran mengunjungi banyak tempat dalam waktu singkat. Selow. Jalan-jalan kali ini memang treat spesial buat manjain diri aja. Tunggu postingan berikutnya ya. 

Senin, 21 Mei 2018

JALAN-JALAN KE BENDIGO DAN BALLARAT [PART II]

       Karena kunjungan ke Bendigo tidak terlalu berkesan, beberapa di antara kami tidak mau lagi mengikuti trip ke Ballarat di hari berikutnya dengan asumsi yang akan dilihat bakal sama saja. Again, kami juga nggak punya agenda yang jelas di Ballarat sebenarnya. Sayapun termasuk yang awalnya ogah-ogahan, tetapi saya memaksakan diri untuk tetap ikut meskipun saya dan beberapa orang teman akhirnya telat berangkat ke Ballarat dari Southern Cross Terminal. Kami jadi terpisah menjadi dua rombongan, rombongan awal dan rombongan akhir. But the show must go on. Perjalanan ke Ballarat sedikit berbeda dari ke Bendigo. Ballarat terletak di daratan yang lebih tinggi (sekitar 400an meter dpl) sehingga dalam perjalanannya, kereta akan perlahan-lahan menanjak melewati lereng-lereng perbukitan yang menyajikan pemandangan yang spektakuler. Luar biasa. Indah banget! Saya sampai terkagum-kagum. Sayangnya entah kenapa saya nggak mengabadikan pemandangan indah ini.
 
Sesampainya di stasiun Ballarat beberapa di antara kami berpencar dengan agendanya masing-masing. Saya dan seorang teman akhirnya memutuskan untuk pergi ke Sovereign Hill menyusul teman-teman rombongan pertama yang sudah berada di sana. Karena saat itu belum gape naik transportasi umum, kita berdua akhirnya nekat untuk jalan kaki saja menuju TKP dengan berbekal google maps sembari melihat-lihat suasana kota. Jauh banget sih enggak, tapi ya lumayan juga. Padahal sebenarnya dari stasiun Ballarat tersedia shuttle bus atau bus umum yang menuju Sovereign Hill. 
Apa itu Sovereign Hill? Well tempat ini adalah bekas pertambangan emas yang telah disulap menjadi objek wisata terpadu kebanggaan kota Ballarat. Di sini kita tidak hanya bisa menyaksikan tapi juga merasakan sensasi berada di perkampungan mini tambang emas dengan nuansa abad ke-19. Kita bisa mencoba menampi emas sendiri di sungai pakai kuali, masuk terowongan bawah tanah melihat bekas galian emas, melihat tenda-tenda pekerja, bengkel-bengkel pengolahan emas dengan mesin-mesin berteknologi jaman old, serta toko-toko yang menjual kebutuhan pekerja pada masa itu. Kita juga bisa berfoto mengenakan busana zaman Victoria lengkap dengan properti vintagenya. Menariknya, banyak di antara tempat-tempat ini yang menyediakan jasa free tour guide pada jam-jam tertentu yang akan bercerita A to Z seputar pertambangan ini. Jadi wawasan kita benar-benar bertambah dan pikiran kita benar-benar dibawa melayang pada masa gold rush (perburuan emas) di Victoria dan Australia pada umumnya. Pada sore hari menjelang lokasi wisata ini tutup terdapat live show tembak-tembak yang sangat menarik dan kocak. Jadi pastikan Anda memiliki waktu seharian untuk berada di tempat wisata ini untuk menikmati seluruh atraksinya. 
Ala-ala jaman gold rush di tahun 1800-an
Jadul banget ya
Workshop pengolahan emas di bengkel
 
Diorama saat penambang menemukan gold nugget untuk pertama kalinya
 
Kali aja rejeki nemu remah-remah emas ya
 
Meskipun harga tiket masuknya relatif mahal, saya bisa bilang Sovereign Hill sangat sangat worth untuk dikunjungi terutama bagi mereka yang belum pernah dan ingin merasakan suasana pertambangan emas traditional di era kejayaan gold rush Australia. Selain itu, tepat di depan gerbang masuk area Sovereign Hill terdapat Gold Museum yang dapat dikunjungi secara gratis! Kurang apa lagi coba? So, kalau kamu punya waktu yang cukup panjang saat liburan ke Melbourne, sempetin deh main ke Ballarat. Bagusnya lagi, ada beberapa atraksi lain yang sangat menarik untuk dikunjungi seperti Ballarat Widlife Park di mana kita bisa melihat hewan asli Australia di penangkaran seperti kangguru, koala, emu, wombat, dan masih banyak lagi. Lalu ada Ballarat winter festival saat musim dingin, syukur-syukur ketemu salju karena di Ballarat kadang-kadang memang bisa turun salju. Suka deh sama Ballarat. Saya pengen ke sana lagi kalau ada kesempatan liburan ke Melbourne.

Beautiful town

Rabu, 09 Mei 2018

JALAN-JALAN KE BENDIGO DAN BALLARAT [PART I]


Di musim panas tahun 2016, salah satu moda transportasi-nya PTV (Public Transport Victoria) yakni V-Line (kereta dengan rute jarak jauh) sempat mengalami disruption (gangguan jaringan) selama beberapa hari. Sebagai bentuk permintaan maaf, perusahaan menggratiskan seluruh perjalanan yang di-cover rute V-line ini, tentunya setelah jaringan kembali berjalan normal. And this is the shocking part, gratisnya bukan cuma sehari, tapi sebulan! Gilak!

Jadilah saya dan teman-teman sesama awardee dari berbagai kampus di Melbourne merencanakan day trip ke dua kota di akhir pekan, yakni Bendigo dan Ballarat. Kebetulan saat itu perkuliahan belum aktif jadi kami belum ada kesibukan yang berarti. Hari pertama (Sabtu) kamu mengunjungi Bendigo sedangkan Minggu-nya giliran Ballarat. Bendigo dan Ballarat adalah dua kota yang cukup populer sebagai tujuan berlibur singkat dari Melbourne. Daya tarik kedua kota ini terletak pada sejarah tambang emasnya, yang meskipun sekarang sudah tidak beroperasi lagi, tapi masih bisa disaksikan karena telah ditransformasi menjadi objek wisata. Bendigo terletak 132 km di sebelah Barat Laut kota Melbourne dengan jarak tempuh dengan kereta kira-kira 2 jam sedangkan Ballarat berada 116 km di bagian Barat dengan jarak tempuh kira-kira 1,5 jam.
        Kami berangkat sekitar pukul 7 pagi dari Southern Cross Terminal. Dalam perjalanan menuju Bendigo inilah untuk pertama kalinya saya menyaksikan pemandangan khas peternakan Australia berupa lahan-lahan pengembalaan domba, sapi dan kuda yang sangat luas. Bukit-bukit landai ditutupi oleh hamparan rumput yang tampak dirawat dengan sangat telaten. Berhubung saat itu sudah pertengahan musim panas, rumput di padang pengembalaannya sudah mulai tampak menguning, tidak lagi hijau segar seperti di layar desktop. Lol. Baru pertama kali itu pula saya melihat domba Merino secara langsung, domba gendut berbulu putih yang bulunya untuk dijadikan wool. Spontan terngiang-ngiang di benak ini lagu “Australia negeri wool, katanya...katanya...”. Emang iya dodol! Lalu ada sapi jenis Angus, yang sesuai namanya, warna seluruh tubuhnyanya hitam pekat. Eh..., ini nggak ada hubungannya dengan namanya keleus! Emang nama Inggrisnya Angus dan kebetulan warnanya hitam. Wkwkwk.... Biasanya daging Angus ini dijadiin burger yang harganya lebih mahal dari burger biasa.



      Di Bendigo, kami nggak ngapa-ngapain sebenarnya. Hanya keliling kotanya dengan berjalan jalan kaki, makan siang di resto Arab/Turkish, udah, pulang. Highlight trip ke Bendigo seperti naik tram tua dan mengujungi gold mine tidak kami lakukan. Walaupun sempat juga ke art gallery (gratis), naik menara tua dan taman di tengah kotanya, bagi kami perjalanan ke Bendigo ini tidak terlalu berkesan. Untungnya sih rame-rame, jadi keseruannya terletak di situ. Selain karena minim persiapan harus ngapain selama di Bendigo, cuaca hari itu juga sangat terik. Memang pada hari itu ternyata sedang ada gelombang panas hingga 40 derajat Celcius, jadinya memang malas ngapa-ngapain. Yang membuat saya takjub dengan Bendigo (dan juga Ballarat) adalah fakta bahwa kedua kota ini dipenuhi dengan bangunan tua nan mevvah bergaya Eropa yang telah berdiri sejak abad 19 dan masih terawat dengan baik. So, berada di kota kecil yang elegant dan tenang ini memberikan pengalaman yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa ditemukannya emas di tahun 1851 memang membawa kemakmuran untuk kota ini dan negara bagian Victoria pada umumnya. Bersambung.
Panas yes