MENYUSUN RENCANA PERJALANAN
|
Sumber rujukan |
Setelah tiket pesawat di tangan, langkah selanjutnya adalah
mencari info lebih lanjut untuk urusan penginapan, transportasi, makanan, wahana,
dan apa-apa saja yang akan dikunjungi, yang semuanya bermuara pada finalisasi itinerary dan budget. Ada tiga buku yang menjadi bahan rujukan saya yakni “2 Juta
Keliling Macau, Hong Kong, dan Shenzhen”-nya Claudia Kaunang, “Wisata Hemat
Hong Kong – Panduan Perjalanan Independen, Irit, dan Nyaman ke Hong Kong”-nya
Agung Basuki, serta “Hong Kong - Step by Step” dari Insight Guides. Ketiga buku
ini sangat membantu saya dalam menyusun itinerary
dengan kelebihannya masing-masing. Claudia Kaunang menonjolkan sisi personal experience –nya sebagai pejalan
independen dengan “rasa Indonesia”. Agung Basuki memberikan penjelasan cukup
rinci soal transportasi dan wahana. Sedangkan Insight Guides membantu saya
membuat rute-rute jelajah jalan kaki di kota Hong Kong (aktivitas yang sangat
saya senangi) dari sudut pandang orang Barat. Ketiga sumber di atas sangat recommended. Selebihnya saya
mengandalkan browsing di internet
dengan melihat berbagai website dan blog-blog orang yang telah melakukan
perjalanan serupa. Tapi perjalanan masing-masing kita sendiri tentunya bersifat
personal. Jadi silakan ramu dan ciptakan formula itinerary Anda sendiri dengan merujuk sumber-sumber di atas.
|
Beginilah kondisi gedung penginapan |
Saya cukup kaget saat mengetahui harga penginapan di Hong
Kong cukup mahal untuk ukuran standar minimal (bahkan mungkin jelek) bagi
backpacker. Pada awalnya saya menganggarkan 4 juta rupiah untuk budget penginapan
selama 14 hari perjalanan tetapi mengalami revisi menjelang keberangkatan dan
bahkan saat “on the spot”. Biaya konsumsi, transportasi, dan wahana-wahana
ternyata nyaris di luar dugaan semua (baca; lebih mahal dari perkiraan).
Setelah menjalani semuanya, saya berkesimpulan telah terjadi peningkatan
biaya-biaya (terutama wahana) dari apa yang menjadi sumber rujukan saya. Macau
adalah yang paling meleset segala-galanya sementara Hong Kong cenderung stabil.
Shenzhen mengalami kenaikan biaya wahana meskipun dalam hal-hal lain terhitung
paling murah dibanding Hong Kong dan Macau.
|
Yang tersisa. Hiks |
Pada akhirnya saya menghabiskan sekitar 9 juta selama
perjalanan. Tapi itu sebenarnya masih bisa jauh ditekan karena saya belanja
oleh-oleh cukup banyak di Kuala Lumpur (baca: cokelat, upss) dan souvenir di
Hong Kong yang overbudget, yang keduanya memakan biaya sekitar 1,5 juta. Belum
lagi dana makanan yang juga overbudget karena saya nggak tahan nggak nyobain
beragam kuliner Hong Kong yang wuenaakkk! (tapi mahal!). Saya juga kalap makan
di KL sebagai aksi balas dendam (hehehe). Ditambah pengeluaran di Macau yang
meleset karena perencanaan yang kurang matang plus belanja-belanja yang nggak
penting, maka ada sekitar 2 jutaan pengeluaran yang di luar rencana. Tapi nggak
papalah…anggap saja saya lagi indulge
myself karena saya lagi ultah, hahaha. Next
time harus lebih ketat lagi mengatur dan mengeksekusi budget!
|
Penawaran menarik. Source: booking.com |
Untuk mencari dan membooking penginapan, saya mengandalkan
situs booking.com. Situs friendly user
ini cukup menyenangkan bagi saya dibanding situs sejenis. Dengan situs ini kita
bisa “icak-icak” booking tanpa perlu membayar apapun terlebih dahulu sampai
batas waktu tertentu (beberapa bookingan bahkan memang bebas biaya tanpa kartu
kredit dan cukup bayar di tempat). Meskipun beberapa bookingan meminta rincian
kartu kredit sebagai jaminan, tapi pada praktek “ngibul”nya cukup hanya dengan
memasukkan nomor kartu debit, biasanya tidak diverifikasi lebih lanjut.
Sehingga kita cukup aman untuk membatalkan bookingan tanpa ditarik biaya. Trik
(sesat) ini saya pelajari dari hasil blogwalking
beberapa tahun yang lalu. Meskipun demikian, belajarlah untuk bertanggung
jawab. Bila memang berencana membatalkan bookingan, segera batalkan dan
informasikan penginapan yang bersangkutan. Kelebihan lainnya di situs ini
adalah adanya diskon besar untuk member yang telah beberapa kali melakukan
booking sehingga untuk bookingan selanjutnya kita akan mendapatkan penawaran
harga yang menarik. Meskipun demikian, sama halnya dengan situs lain, cukup
sulit mencari penginapan murah di beberapa kota termasuk Hong Kong dan Macau
yang tersedia di situs ini, walaupun pada kenyataannya di lokasi, penginapan
yang murah itu cukup banyak tersedia.
|
Not really bad lah |
Setelah beberapa kali merombak bookingan, akhirnya saya
memilih penginapan di tempat paling legendaris sejagat Kowloon Hong Kong,
Chungking Mansion (CM) (MTR Tsim Sha Tsui/TST). Meskipun Mansion ini paling
apalah-apalah… apa boleh baut, tidak ada pilihan lain karena di sinilah
penginapan paling murah yang berhasil saya temukan. Hiks. Untuk first entry Hong Kong, semula saya akan
menginap di HK Downtown Backpackers (juga di CM) seharga HKD 489 (Rp 821.000,
belum termasuk biaya layanan 10%) untuk kamar single selama 3 malam. Sebenarnya
penginapan ini cukup baik karena begitu saya booking, website guest house
langsung mengirimkan e-mail konfirmasi dengan rincian cara menuju GH mereka
mengingat CM cukup “horor”. Tapi setelah dilihat-lihat kembali review dan reputasi GH ini (hanya
mendapat skor 4,9) di booking.com serta pertimbangan budget untuk lebih
berhemat, akhirnya saya urung dan membatalkan menginap di sana. Karena masih
dalam batas waktu yang diperbolehkan untuk membatalkan bookingan, maka tidak
ada biaya pembatalan. Masih di CM, akhirnya saya memutuskan untuk menginap di
kamar dorm dengan skor yang lebih baik (7,1) dan harga lebih hemat tentunya di
Germany Hostel (HKD 387 all in untuk 3 malam).
|
Lumayan murah untuk ukuran Hong Kong |
Untuk second entry
HK (sepulang dari Shenzhen) saya membooking Tai An Guest House, Alhambra
Building (stasiun MTR Jordan atau Ya Mau Tei) dengan alasan ganti suasana.
Tarifnya HKD 590 (Rp 991.000) all in
untuk male dormitory room selama 4
malam. Saya mempunyai plan mencari
alternatif penginapan untuk second entry
saat first entry di Hong Kong secara on the spot. Jadi bila menemukan
penginapan yang lebih baik lokasi, suasana dan harganya, maka saya akan
membatalkan bookingan di Tai An GH. Lucunya, saya memutuskan untuk kembali
menginap di Germany Hostel di second
entry karena terlanjur suka dan harga yang sangat murah (HKD 416 (Rp
699.000) all in untuk 4 malam (lagi-lagi) di kamar dorm, lumayan bangetkan
untuk berhemat!). Pertimbangan lainnya karena di CM ini gampang mencari makanan
halal dan posisinya sangat strategis, dekat dengan masjid, stasiun MRT TST,
mall-mall, pelabuhan ferry, dan Victoria Harbour. Semuanya dalam jarak jalan
kaki yang dekat. Sementara saya berpikir Tai An relatif jauh dari mana-mana.
Sialnya, saat saya kembali membooking di Germany Hostel,
waktu untuk free cancelation di Tai
An sudah habis meskipun masih 4 malam sebelum hari H saya menginap di Tai An!
Tapi seperti trik “icak-icak” booking yang saya jelaskan di atas, tidak ada
biaya yang (bisa) ditarik sama sekali. Coba kalau yang saya masukkan kartu
kredit, maka HKD 590 itu sudah masuk ke tagihan saya. Sejujurnya saya menjadi
tidak enak. Saya jadi deg-degan. Saat perjalanan dari Hong Kong menuju
Shenzhen, beberapa kali handphone saya berdering dari nomor yang tidak saya
kenal yang saya pikir (saking parnonya) dari pihak Tai An untuk konfirmasi dan
klaim. Tapi saya cuekin saja. Cemas juga. Syukurlah akhirnya tidak ada masalah
apa-apa. Hahaha…. jangan dicontoh ya. Lain kali pasti-pasti aja kalau booking
meskipun trik “icak-icak” booking ini bisa dilakukan.
|
I think this is the best during my trip |
Di Shenzhen saya mendapatkan penginapan yang cukup murah 130
Yuan (Rp 268.135) untuk 2 malam di kamar male
dormitory di Shenzhen Beyond the Clouds Youth Hostel di Futian distrik.
Lokasinya sangat strategis karena sangat dekat dengan stasiun MRT Gangxia
(Luobu Line). Sementara di Macau (sialnya) saya tidak melakukan booking dan
mencari penginapan secara go show di
sekitar area Senado Square (Rua da Felicidade) dengan asumsi ada beberapa
penginapan murah di sana. Hal ini akhirnya menjadi masalah di Macau karena
waktu dan tenaga saya habis untuk muter-muter mencari penginapan yang akhirnya
dapat yang tidak murah. Hiks. Pesan saya, lakukanlah booking lebih dulu agar
tidak mengalami kesulitan seperti yang saya alami. Untuk dua malam terakhir di
KL, saya menginap di Marquee Guest Houzz di lokasi yang sangat strategis tepat
di sebalah Central Market dan hanya beberapa langkah dari stesen Pasar Seni.
Harga yang didapat juga sangat murah yakni RM 46 untuk dua malam di kamar dorm
yang sangat nyaman. Selain booking.com, ada banyak situs sejenis lain yang bisa
dijajali seperti agoda.com, hostelworld.com, hostelbookers.com, asiatravel.com,
airbnb.com, wego.co.id, tripadvisor.com, dan masih banyak lagi kalau kita mau
sabar menjajal.
|
Tidak ada badak kopi, tidak bagus! |
Selain soal penginapan, saya juga menyusun anggaran makan dan
transportasi. Untuk 12 hari di China, semula saya menganggarkan biaya konsumsi Rp
100.000 per hari. Ternyata tidak cukup! Terutama di Hong Kong yang sekali makan
berat minimal HKD 30 atau sekitar Rp 50.000, apalagi saya banyak jajan di luar
menu berat. Tapi di Shenzhen cukup murah dan bisa berhemat. Harga seporsi nasi
dengan lauk atau mie-miean khas Xinjiang di restoran muslim harganya 12-18 Yuan
atau sekitar Rp 24.000-Rp 36.000. Murah banget untuk ukuran makan enak, halal,
dan porsi yang kurang ajar banyaknya! Sementara di Macau saya tidak ketemu nasi
karena memang agak susah mencari makanan halal dan murah. Satu kali makan di
restoran muslim Xinjiang dengan menu mie khas Xinjiang seharga MOP 60 (sekitar
Rp 100.000), selebihnya saya hanya mengandalkan chicken kebab Persia halal
seharga 28 MOP (sekitar Rp 46.000) dan beberapa buah egg tart untuk sarapan dan camilan dari beberapa Pastelaria. Harga
satu egg tart rata-rata MOP 8-9 (Rp
13.000-14.000an). Di Kuala Lumpur saya melampiaskan hasrat makan nasi dan aneka
kuliner khas Melayu karena sudah 3 hari terakhir tidak ketemu nasi selama di
Macau. Rata-rata makan berat di KL sekitar RM 6-9 (Rp 22.000-Rp 32.000) di Food
Court Suria KLCC. Cukup murah dan enak banget! Sementara untuk jajanan goyang
lidah di luar makanan berat saya mencoba es krim, jus, buah-buahan, teh dan
kopi kaleng/kotak, dim sum, aneka gorengan, sate-satean, cake, sushi, dan ngafe
beberapa kali buat ngupi-ngupi (saya kopi addict!). Beberapa kali saya juga
membeli air mineral yang harganya tidak murah selama di China.
|
Beuuhhh... #lap iler |
|
Dipersilakan kalap! |
|
Mana boleh tahaaannnn..... |
|
At least masih bisa dipakai kalau balik ke SZ |
Di Hong Kong saya menggunakan kartu Octopus Card yang bisa
digunakan untuk beragam moda transportasi (MTR, bus, tram, ferry) dan banyak
pembayaran lainnya. Total biaya yang saya habiskan untuk Octopus sebesar HKD
250 dengan beberapa kali isi ulang. Di Shenzhen saya juga menggunakan Octopus
Tong Card Shenzhen yang sialnya tidak bisa direfund!!!! Arrgghh…kesel banget,
100 Yuan harga kartu atau setara Rp 200.000 hilang begitu saja! Nggak canggih
banget nih! Pesan moral; jangan pake Octopus Tong Card Shenzhen selama metode
ini belum bisa refund! Lebih baik beli single
journey tiket saja setiap kali naik MRT atau bus. Di Macau saya
memanfaatkan free shuttle bus dari
beberapa hotel dan juga bus kota yang cukup murah. Di KL, LRT jadi pilihan
paling pas karena penginapan dan daerah yang saya tuju dekat dengan stasiun
LRT. Selebihnya saya mengandalkan moda transportasi alami; kaki! Wkwkwk….
Seperti setiap kali jalan-jalan, siap-siap saja untuk jalan kaki sampai gempor!
Lol.
Okehh…nantikan postingan saya selanjutnya yaaaa…. BERSAMBUNG.